Sabtu, 20 Juni 2020

Terhipnotis Pesona Sangiran

 inditourist.com

Museum Sangiran
adalah museum arkeologi yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo  yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran

yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu , sekitar 17 km dari kota Solo.
   
Awalnya sangiran merupakan lautan dangkal. Pada saat itu keadaan bumi masih belum stabil seperti sekarang, di beberapa bagian bumi seringkali mendapatkan pergerakan di dalam perut bumi yang disebabkan adanya dorongan tekanan endogen. Sangiran juga mengalami hal serupa, karena adanya dorongan tenaga endogen (dari dalam bumi) terjadi pengangkatan dan pelipatan pada permukaan laut Sangiran. Ada empat lipatan di lapisan tanah Sangiran. Akibat  pelipatan permukaan maka terbentuklah daratan-daratan yang mengisolasi sebagaian lautan tersebut sehingga menjadi danau dan rawa-rawa.
  Sungai Cemara yang menyayat kubah Sangiran yang  berbermuara ke Bengawan Solo sejak lama menoreh perbukitan sekitar  dan mendepositkan sejumlah temuan .Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald . Fosil manusia purba Homo erectus. Benda itu berasal dari Kala Plestosen Bawah dan Kala Plestosen Tengah. Homo erectus mempunyai rentang waktu 1,5 juta tahun hingga 0,3 juta tahun yang lalu. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 100 individu Homo erectus. Sungguh fantastis  Sangiran  mengukuhkan  sebagai situs terlengkap di dunia karena menyumbang sekitar 65% fosil manusia purba Indonesia dan 50% dari jumlah takson Homo Erectus di seluruh dunia.
Kemampuan Homo erectus untuk membuat alat sudah jauh lebih maju daripada manusia purba di belahan dunia lain. Mereka tidak hanya melakukan pemangkasan, tetapi juga telah mengembangkan bentuk dan teknologi tertentu, misalnya kapak genggam seperti segi tiga atau oval, yang lebih modern dari kapak parimbas yang dihasilkan oleh manusia purba di Afrika. Kapak genggam berfungsi sebagai alat  pembelah, penusuk atau penetak yang  sangat tajam. Alat ini merupakan masterpiece karya Homo erectus. Sebagai pemburu ulung.    Di antara berbagai peralatan, keberadaan bola batu di Sangiran dinilai penting. Alat  ini digunakan untuk berburu.   Para pakar beranggapan artefak itu terbentuk secara alamiah sebagai akibat dari proses pelapukan.
Sangiran sebagai laboratorium alam terlengkap  dan mendunia bagi para ilmuwan.  Situs ini mampu menunjukkan berbagai lapisan tanah dan memperlihatkan interaksi kehidupan manusia dengan lingkungannya. Sehingga,  UNESCO menganggap Situs Sangiran sebagai salah satu dari “situs kunci” yang dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang proses evolusi manusia, budaya, dan lingkungannya selama dua juta tahun tanpa terputus , sehingga para ahli dapat merangkai  benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977. Selanjutnya keputusan itu dikuatkan oleh Komite World Heritage Site  UNESCO pada peringatannya yang ke-20 di Merida, Mexico yang menetapkan kawasan Sangiran sebagai kawasan World Heritage Site (situs warisan dunia) No. 593. Pada 1996 situs ini ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dengan nama ‘Sangiran Early Man Site’
Selain berwisata musium ini  juga untuk pusat studi  peradaban kita ratusan tahun yang lalu. Bangsa Indonesia  patut  berbangga . Tetapi kita tidak boleh puas di titik ini, musium ini hendaknya menginspirasi pengembangan pemanfaatan tinggalan  masa lampau  yang begitu sarat di Nusantara.
Berawal dari terbentuknya jagat raya, kehidupan purba dan perkembangannya sampai saat ini semua ada di Sangiran . Di Sangiran pula terjadi kejutan besar  yang menakjubkan.  Selain  fosil dinosaurus,  Sangiran pun pernah  dikuasai  penghuni rawa, yaitu buaya.  Pada periode 1,7 juta hingga 0,9 juta tahun yang lalu. Tengkorak buaya tersebut memiliki rahang atas dan rahang bawah yang masih relatif  lengkap. Giginya terlihat besar dan kuat. Koleksi yang tersimpan di museum ini mencapai 13.809 buah yang tersimpan pada dua tempat yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875 di dalam ruang penyimpanan. Terdapat tiga ruang pamer yang cukup besar berkelas internasional. Dan saat ini ada pengembangan untuk ruang pamer empat di sebelah timur museum. Di setiap ruang pamer   didesain seperti observarium. Interior Museum Sangiran memaparkan perjalanan dari satu masa ke masa lainnya. Pengunjung  lebih mudah untuk memahami apa yang disajikan di dalam museum. Informasi diberikan dengan sangat runtut. Fasilitas audio visual disediakan di setiap ruang oleh pihak pengelola museum, sehingga pembelajaran terasa jauh lebih menarik dan nyaman karena ber-AC.

Selain fosil manusia purba, di museum tersebut juga dipamerkan berbagai fosil binatang purba. Diantaranya fosil gajah purba yang terdiri dari type Elephas, Stegodon , Mastodon , kerbau (Bubalus palaeokarabau), harimau (Felis palaeojavanica), babi (Sus sp), badak (Rhinocerus sondaicus), sapi atau bateng (Bovidae), rusa (Cervus sp), serta kuda nil (Hippopotamus sp). Ada juga  ikan, kepiting, gigi ikan hiu, moluska   (Pelecypoda dan Gastropoda ), serta kura-kura (Chelonia sp),reptil, kuda nil  (Hippopotamus), kambing (Duboisia santeng  dan Epiloptobos)
Sebuah kesimpulan  besar , nenek moyang orang Indonesia datang kemudian sebelum Nusantara dipisahkan oleh lautan. Terpisahnya daratan Nusantara oleh lautan, membuat semua terpisah dan mengadaptasikan diri dengan geografis  masing-masing, ini  salah satu penyebab kebhinekaan bangsa Indonesia.  “Manusia tidak hanya membentuk bahan yang tersedia, tetapi menciptakan yang belum ada.   Budaya manusia  didapat dari proses belajar,  bukan naluri seperti mahluk lain. Dengan belajar , manusia dapat menambah pengetahuan, ketrampilan dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan”.  Kita  berasal dari nenek moyang sama.  Mari menerawang masa lalu, bagaimana perjuangan nenek moyang  sehingga kita  eksis sampai saat ini.  Belajar dari sejarah evolusi manusia kita dihadapkan pada dua pilihan, “bertahan  atau Punah”. Sangiran sudah menjawabnya.!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar